
Pesona Rafflesia hasseltii: Si "Tuan Muda" Langka yang Viral, Ternyata Punya Jejak Abadi di Hutan Bengkulu
Penulis: Tim Redaksi CariBengkulu.com Kategori: Lingkungan & Wisata Estimasi Waktu Baca: 5 Menit
BENGKULU, CariBengkulu.com – Belakangan ini, jagat maya dan dunia konservasi internasional sedang dihebohkan oleh sebuah "keajaiban botani". Sebuah video mengharukan yang memperlihatkan detik-detik penemuan bunga Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat menjadi viral hingga diliput media sekelas Universitas Oxford.
Namun, tahukah Adik sanak sahabat Cari Bengkulu? Meskipun sorotan dunia sedang tertuju ke tetangga kita, "Bumi Rafflesia" tercinta ini—Provinsi Bengkulu—sebenarnya memegang catatan sejarah dan jejak ekologis yang sangat penting bagi spesies langka yang satu ini.
Bukan Rafflesia arnoldii yang biasa kita banggakan sebagai ikon provinsi, kali ini mari kita berkenalan lebih dekat dengan kerabatnya yang lebih mungil namun mempesona: Rafflesia hasseltii.
Si Cantik Berwajah Harimau: Apa Bedanya dengan Arnoldii?

Bagi kita masyarakat Bengkulu, melihat bunga rafflesia mungkin sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Namun, Rafflesia hasseltii memiliki pesona yang berbeda dari "saudaranya", Rafflesia arnoldii.
Jika R. arnoldii dikenal karena ukurannya yang raksasa (bisa mencapai 1 meter) dan warna merah bata yang megah, R. hasseltii sering dijuluki sebagai "Tuan Mudanya Rafflesia". Ukurannya lebih compact, dengan diameter rata-rata 30 hingga 50 cm, bahkan maksimal sekitar 70 cm.
Yang membuatnya sangat fotogenik dan estetis adalah coraknya. Kelopaknya berwarna merah darah pekat menyala, dihiasi dengan bercak-bercak (blotches) putih berukuran besar yang sangat kontras. Karena corak inilah, masyarakat lokal di beberapa wilayah Sumatera menjulukinya "Cendawan Muca Rimau" atau jamur berwajah harimau.
Secara ilmiah, spesies ini pertama kali dipublikasikan oleh botanis Belanda, Willem Frederik Reinier Suringar, pada tahun 1879. Kini, statusnya di IUCN Red List adalah Critically Endangered (CR) alias Kritis, satu tingkat lagi menuju kepunahan di alam liar.
Momentum Viral: Putra Bengkulu di Balik Penemuan Dunia

Adik sanak, ada fakta membanggakan di balik berita viral penemuan R. hasseltii di Sijunjung, Sumatera Barat, baru-baru ini. Sosok yang terlihat menangis haru dalam video viral Universitas Oxford tersebut adalah Septian Andriki, seorang pemandu dan pegiat konservasi yang ternyata merupakan putra asli Bengkulu.
Septian, yang juga aktif di Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, mendedikasikan 13 tahun hidupnya untuk mencari momen mekarnya bunga ini. Ini membuktikan bahwa semangat pelestarian puspa langka memang mengalir deras dalam darah anak-anak Bengkulu.
Jejak Hasseltii di Tanah Bengkulu: Dari Lebong hingga Rejang Lebong

Meski berita viral datang dari tetangga, hutan Bengkulu adalah rumah yang nyaman bagi Rafflesia hasseltii. Data yang dihimpun tim CariBengkulu.com menunjukkan bahwa provinsi kita memiliki rekam jejak habitat aktif yang konsisten.
1. Penemuan Bersejarah di Lebong (2006) Prof. Agus Susatya, peneliti Rafflesia terkemuka dari Universitas Bengkulu, mencatat sejarah penting pada tahun 2006. Beliau mendokumentasikan populasi R. hasseltii di perbatasan Desa Ketenong II, Kabupaten Lebong, dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Temuan ini sangat krusial karena membuktikan bahwa spesies yang sempat dianggap "hilang" ini masih bertahan di hutan perbatasan kita.
Uniknya, Prof. Agus mencatat bahwa R. hasseltii memiliki dua tipe kuncup: kuncup darat dan kuncup udara (aerial bud) yang menggantung. Kuncup udara ini sangat jarang bisa mekar sempurna karena pengaruh gravitasi, menjadikan setiap momen mekarnya sebagai peristiwa langka.
2. Kejutan di Rejang Lebong (2023–2024) Bukan hanya sejarah lama, hutan Bengkulu masih "menyala" hingga kini. Di Desa Tanjung Gelang, Kecamatan Kota Padang, Kabupaten Rejang Lebong, bunga ini menampakkan dirinya berulang kali.
14 November 2023: Iskandar, seorang petani lokal, menemukan bunga ini mekar di kebunnya yang jauh dari pemukiman.
16 Februari & 23 Maret 2024: Di lokasi yang sama, bunga ini kembali mekar.
Fakta bahwa bunga ini mekar berulang kali di lokasi yang sama (Desa Tanjung Gelang) sepanjang 2024 menandakan bahwa kawasan tersebut adalah mikro-habitat yang sangat sehat dan stabil untuk inang Tetrastigma.
Mengapa Sangat Langka?
Adik sanak mungkin bertanya, "Kenapa kita jarang melihat jenis ini dibandingkan Arnoldii?"
Jawabannya ada pada sifat biologisnya. Rafflesia hasseltii adalah tumbuhan holoparasit sejati. Ia tidak punya batang, daun, atau akar. Ia hidup sepenuhnya menumpang pada sulur tanaman Tetrastigma.
Ancaman terbesarnya adalah kerusakan hutan. Ketika pohon besar ditebang, inang Tetrastigma seringkali ikut terbasmi. Selain itu, menurut penelitian, dalam satu habitat biasanya hanya ditemukan kurang dari 10 kuncup, dan tidak semuanya berhasil mekar. Karena itulah, setiap kali ia mekar, itu adalah anugerah alam yang patut disyukuri.
Mari Jaga Hutan Kita
Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P.106 tahun 2018, Rafflesia hasseltii ("Tindawan biring") adalah tumbuhan yang dilindungi undang-undang.
Viralnya bunga ini harus menjadi pengingat bagi kita, masyarakat Bengkulu. Kita hidup berdampingan dengan "permata" hutan yang dicari oleh ilmuwan seluruh dunia. Jika adik sanak menemukan bunga ini saat berkebun atau menjelajah hutan, biarkanlah ia mekar di inangnya. Dokumentasikan, laporkan ke BKSDA atau perangkat desa, dan banggalah bahwa tanah kita masih diberkahi kesuburan.
Hutan Bengkulu bukan sekadar pepohonan, melainkan rumah bagi keajaiban dunia. Mari kita jaga bersama agar Rafflesia hasseltii tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tapi tetap menjadi warisan untuk anak cucu kita nanti.
(Penulis: Tim Redaksi CariBengkulu.com | Sumber Olahan: Jurnal Ilmiah, Laporan Geopark Silokek, & Data KPPL Bengkulu)


0 Comments